Senin, 23 April 2012

MATEMATIKA


PENDIDIKAN MATEMATIKA


 

OLEH:
NAMA
:
JIBRAEL PADAMAI
NIM
:
1001030066
SEMESTER
:
IV
PRODI
: PEND. MATEMATIKA




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2011








BAB I
PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang

Saat ini, air bersih yang merupakan kebutuhan utama sehari-hari masyarakat semakin sulit didapatkan terutama di kota-kota besar karena pencemaran air tanah, pencemaran di aliran sungai karena sampah, pencemaran dari industri dan lain-lain. Dengan kebutuhan akan air bersih yang terus bertambah, sedangkan air bersih yang tersedia di alam semakin berkurang, maka untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, dibutuhkan suatu badan usaha atau organisasi yang mengelolanya guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu badan usaha yang menangani kebutuhan masyarakat akan air bersih. Dalam melayani permintaan pelanggan, PDAM harus mempertimbangkan dan mencari solusi atau kebijakan yang paling tepat tentang bagaimana sistem pendistribusian air dari reservoir-reservoir ke pelanggan agar air dapat tersalurkan dengan optimal sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi. Jumlah reservoir (sumber air) dari PDAM jumlahnya terbatas dan pada setiap reservoir tidak bisa mengalirkan air ke tiap daerah tujuan.

Pada tiap pendistribusian air, dibutuhkan biaya operasional, yang tentunya jika biaya operasional ini dapat diminimalkan, maka keuntungannya semakin besar. Untuk itu alokasi pendistribusian air bersih harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber air (reservoir) ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan dari beberapa reservoir ke suatu tempat tujuan juga berbeda-beda.

Fakta menunjukkan bahwa pada PDAM biaya oprasional pendistribusian air bersih masih sangat besar. Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan alat produksi air bersih, terbatasnya ketersediaan air bersih yang akan dipasok ke daerah-daerah tujuan, dan kebutuhan masyarakat akan air bersih semakin meningkat juga karena alokasi pendistribusian air bersih belum optimal.

Model transportasi merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi PDAM. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangannya, model transportasi telah diterapkan pada berbagai macam bidang industri, misalnya pada pendistribusian produk, yaitu penentuan daerah penjualan serta pengalokasian distribusi dan gudang.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan metode transportasi dalam persolan nyata dalam suatu penelitian dengan mengambil judul : ”MINIMALISASI BIAYA OPERASIONAL PENDISTRIBUSIAN AIR DI PDAM CABANG KOTA MAUMERE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI”

1.2        Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimana meminimalkan biaya operasional pendistribusian air dari reservoir ke pelanggan atau daerah tujuan dengan menggunakan metode transportasi pada PDAM cabang Kota Maumere?

1.3        Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah: untuk menentukan alokasi pendistribusian air bersih dengan biaya minimum, dan menentukan titik asal, transit dan tujuan pendistribusian air..

1.4        Manfaat Penulisan
1)      Bagi PDAM sebagai alat analisis dan perhitungan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat.
2)      Memotivasi mahasiswa matematika untuk mengembangkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki terhadap situasi kehidupan nyata.

1.5         Batasan masalah

Untuk menghindari luasnya cakupan masalah maka kajian dibatasi pada beberapa macam metode yaitu : Northwest Corner (sudut barat laut), Least Cost (biaya terkecil), Vogel Approximation (VAM) dan Stepping Stone.
























BAB II
TELAAH PUSTAKA


2.1        Model Transportasi

Menurut Subagya dkk, metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama (supply) ke tempat-tempat yang membutuhkan (demand) secara optimal. Transportasi berkaitan dengan penentuan rencana biaya terendah untuk mengirimkan satu barang dari sejumlah sumber (misalnya, pabrik) ke sejumlah tujuan (misalnya, gudang). Kendala-kendala adalah banyaknya barang yang tersedia di setiap supply (asal) terbatas dan barang-barang tersebut dibutuhkan di masing-masing lokasi permintaan (tujuan). Tujuan umum adalah meminimalkan biaya pengiriman barang dari beberapa lokasi asal ke beberapa lokasi tujuan. Permasalahan transportasi dapat dilukiskan dalam bentuk model permasalahan Program Linear. Salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan yaitu metode simpleks. Penelitian ini menelaah metode tahap satu pemecahan masalah transportasi yaitu North West Corner, Minimum Cost Value, dan Vogel’s Aproximation Method dan tahap dua yaitu Stepping Stone yang merupakan tahap lanjutan dari tahap satu.

Model transportasi adalah aplikasi dari model PL yang merupakan suatu prosedur iteratif untuk pemecahan masalah minimalisasi biaya pengiriman (distribusi) dari pabrik atau sumber supplay  ke tujuan (pasar). Selain untuk persoalan distribusi, metode ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas pabrik baru. Metode transportasi adalah salah satu dari beberapa teknik pemecahan yang tersedia untuk masalah-masalah transportasi (pendistribusian produk). F.L. Hitchcock (1941), T.C. Koopmans (1949), dan G.B.Dantziq (1951) adalah orang-orang pertama sebagai kontributor yang mengembangkan teknik-teknik transportasi.

Ciri-ciri khusus dari metode transportasi adalah:
1.      Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2.      Jumlah yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan adalah tertentu.
3.      Jumlah yang dikirim atau yang diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan sesuai dengan permintaan atau kapasitas sumber. Jumlah permintaan dan penawaran seimbang dan apabila jumlah permintaan tidak sama dengan penawaran maka harus ditambahkan variabel dummy.
4.      Biaya transportasi dari suatu sumber ke suatu tujuan adalah tertentu.
5.      Jumlah variabel dasar m + n – 1, dimana m adalah jumlah baris dan n adalah jumlah kolom. Apabila jumlah variabel dasar kurang dari m + n – 1 yang disebut dengan degenerasi, maka harus ditambahkan variabel dasar dengan nilai nol.

2.2         Model Matematis Metode Transportasi

Secara umum, sumber i (i = 1, 2, ..., m) mempunyai supply si unit  yang akan didistribusikan ke tujuan-tujuan dan tujuan (j = 1, 2, ..., n) mempunyai permintaan di unit yang dikirim dari sumber-sumber. Asumsi dasar dari metode transportasi ini adalah biaya mendistribusikan unit-unit dari sumber i ke tujuan j berbanding langsung dengan jumlah yang akan didistribusikan, dimana Cij menyatakan biaya per unit yang didistribusikan.

Apabila Z merupakan biaya distribusi total dan Xij (i = 1, 2, ..., m; j = 1, 2, ..., n) adalah jumlah unit yang harus didistribusikan dari sumber i ke tujuan j, maka formulasi pemrograman linier masalah transportasi adalah sebagai berikut:
a)      Apabila kebutuhan sama dengan kapasitas:
           
Batasan-batasan:


Pada rumusan di atas semua kebutuhan dapat dipenuhi, semua kapasitas sumber dialokasikan, dan nilai alokasi harus positif.

b)      Apabila kebutuhan lebih kecil dari kapasitas:
Batasan-batasan:


Pada rumusan ini semua kebutuhan dapat dipenuhi, tetapi kapasitas sumber tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

c)      Apabila kebutuhan lebih besar dari kapasitas:


Batasan-batasan:


Pada rumusan ini tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi meskipun kapasitas sumber telah digunakan sepenuhnya.

2.3         Langkah-langkah penyelesaian Model Transportasi

Ada empat langkah dasar dalam model transportasi, yaitu (Krajewski dan Ritzman, 1993, 852):
a)      Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: pabrik pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute pengiriman dari pabrik ke daerah tujuan.
b)      Mencari penyelesaian layak pada variabel dasar. Metode yang dapat digunakan adalah Northwest Corner (sudut barat laut), Least Cost (biaya terkecil) dan Vogel Approximation (VAM).

1.      Metode Northwest Corner
Ø  Pendistribusian dimulai dari pojok kiri atas dan, diakhiri pada pojok kanan bawah.
Ø  Setiap pendistribusian dipilih nilai sebanyak mungkin tanpa menyimpang dari sumber atau tujuan.
Ø  Apabila variabel dasar sudah terisi semua, maka dihitung jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.

2.      Metode Least Cost
Ø  Pendistribusian dimulai dari biaya terkecil dan, apabila terdapat biaya terkecil lebih dari satu, maka diplih salah satu.
Ø  Setiap pendistribusian dipilih nilai sebanyak mungkin tanpa mengabaikan jumlah sumber atau tujuan.

3.      Metode Vogel Approximation
Ø  Menghitung opportunity cost yang didasarkan pada dua biaya terkecil pada setiap baris dan kolom dan mengurangkan keduanya, hasil perhitungannya disebut penalty cost.
Ø  Memilih nilai penalty cost terbesar diantara baris dan kolom.
Ø  Memilih biaya terkecil dari nilai penalty cost terbesar dan mendistribusikan sejumlah nilai. Baris atau kolom penalty yang sudah terpilih diabaikan untuk langkah selanjutnya.
Ø  Menyesuaikan jumlah permintaan dan penawaran untuk menunjukkan alokasi yang sudah dilakukan. Menghilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah dihabiskan.
Ø  Apabila jumlah penawaran dan permintaan belum sesuai, maka ulangi langkah pertama sampai terisi semua.

c)      Mengidentifikasi Solusi Optimal. Langkah terakhir dalam penyelesaian model transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita dapat mengaplikasikan Metode Stepping Stone atau MODI.
1.      Metode Stepping Stone
a.       Memilih salah satu sel kosong (yang tidak mendapatkan alokasi).
b.      Mulai dari sel ini membuat jalur tertutup melalui sel-sel yang mendapatkan alokasi menuju sel kosong terpilih kembali. Jalur tertutup ini bergerak secara vertikal dan horisontal saja.
c.       Mulai dengan tanda (+) pada sel kosong terpilih, kita menempatkan tanda (-) dan (+) secara bergantian pada setiap sudut jalur tertutup.
d.      Menghitung indeks perbaikan dengan cara menjumlahkan biaya transportasi pada sel bertanda (+) dan mengurangkan biaya transportasi pada sel bertanda (-).
e.       Mengulangi tahap a – d sampai indeks perbaikan untuk semua sel kosong telah terhitung. Jika indeks perbaikan dari sel-sel kosong lebih besar atau sama dengan nol, solusi optimal telah tercapai.

2.    Metode MODI
Ø  Menentukan nilai mi untuk setiap baris dan nilai-nilai nj untuk setiap kolom dengan menggunakan hubungan Cij = mi + nj untuk semua variabel basis dan menentukan nilai m1 = 0.
Ø  Menghitung perubahan biaya Cij untuk setiap variabel non basis dengan menggunakan rumus Cij – mi – nj.
Ø  Apabila hasil perhitungan terdapat nilai Cij negatif, maka solusi belum optimal. Oleh karena itu dipilih Xij dengan nilai Cij negatif terbesar sebagai entering variabel.
Ø  Mengalokasikan sejumlah nilai ke entering variabel Xij sesuai dengan proses Stepping Stone dan mengulangi langkah pertama.

2.4        Tabel model transportasi

Pada tabel transportasi, sumber diletakkan pada baris, sedangkan tujuan diletakkan pada kolom. Jumlah penawaran dari masing-masing sumber diletakkan pada kolom paling akhir dan jumlah masing-masing permintaan diletakkan pada baris paling akhir. Segi empat kecil yang berisi C11, C12,..., Cmn merupakan biaya pendistribusian dari sumber ke tujuan, sedangkan segi empat besar merupakan jumlah yang akan didistribusikan dari setiap sumber ke setiap tujuan. Berikut adalah tabel model transportasi.

Tabel 1 Model Transportasi :

Sumber
Tujuan
Kapasitas
1
2
...
nsss
1
C11

X11
C12

X12
...

...
C1n

X13
S1
2
C21

X21
C22

X22
...

...
C2n

X23
S2
3
Cm1

X31
Cm2

X32
...

...
Cmn

X32
S3
kebutuhan
D1
D2
...
D4



2.5        Problem Dalam Metode Transportasi :

Dalam situasi praktikal, aplikasi metode transportasi dapat menghadapi dua kasus, yaitu ketidakseimbangan supply dan demand dan degeneracy.

a.    Ketidakseimbangan Supply dan Demand
Secara teori kebanyakan model transportasi digunakan untuk menyelesaikan persoalan dimana total kapasitas (supply) adalah sama dengan (seimbang) dengan total permintaan (demand). Padahal secara teknis mungkin yang terjadi adalah ketidakseimbangan diantara keduanya.. Dengan kata lain, secara praktikal supply bisa lebih kecil atau lebih besar dari demand. Masing-masing kondisi ketidakseimbangan ini dapat diselesaikan dengan membuat dummy pabrik atau dummy toko.. Berikut ini penjelasan bagaimana menyelesaikan kasus ketidakseimbangan ini.

Ø  Supply lebih besar dari demands
Misalkan sebuah pabrik memiliki total supply adalah 275 kaleng dan total demand adalah 255 kaleng. Untuk menyelesaikan persoalan ini, kita harus menyeimbangkan kembali supply dan demand dengan menetapkan dummy toko yang memiliki demand sebesar kelebihan supply atas demand (atau 20 kaleng). Dummy toko pada kolom table transportasi pada dasarnya adalah toko buatan (tidak riil). Dengan demikian, biaya distribusi dari pabrik ke dummy toko ini adalah nol. Untuk selanjutnya, kita bisa mengaplikasikan metode-metode yang telah dibicarakan sub-bab sebelumnya untuk mendapatkan skedul distribusi yang optimal.
Ø  Supply  lebih kecil dari demand
Misalkan sebuah pabrik memiliki total demand adalah 275 kaleng dan total supply adalah 255 kaleng. Untuk menyelesaikan persoalan ini, kita harus menyeimbangkan kembali supply dan demand dengan menetapkan dummy pabrik yang memiliki  sebesar kelebihan demand atas supply (atau 20 kaleng). Dummy toko pada kolom table transportasi pada dasarnya adalah toko buatan (tidak riil). Dengan demikian, biaya distribusi dari pabrik ke dummy toko ini adalah nol. Untuk selanjutnya, kita bisa mengaplikasikan metode-metode yang telah dibicarakan sub-bab sebelumnya untuk mendapatkan skedul distribusi yang optimal.

b.    Kasus Degeneracy
Kasus degeneracy dalam metode transportasi terjadi jika jumlah sel yang  mendapat alokasi dalam tabel transportasi kurang dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu (m + n – 1). Akibat langsung dari kasus degeneracy adalah  dua metode untuk mengevaluasi solusi yang ada, yaitu metode Stepping Stone dan MODI, tidak dapat diaplikasikan. Untuk itu, prosedur tambahan dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan degeneracy ini. Prosedur yang dimaksud adalah dengan menetapkan salah satu dari sel kosong dan menempatkan alokasi bernilai nol pada sel tersebut sehingga persyaratan jumlah sel yang mendapat alokasi sebanyak m + n – 1 terpenuhi. Pemilihan sel dilakukan secara sembarang sepanjang evaluasi dengan metode Stepping Stone dan MODI dapat dilakukan. Selanjutnya, kita mengasumsikan sel ini sebagai sel yang mendapatkan alokasi.









BAB III
METODE PENULISAN


3.1         Lokasi penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan pengambilan data ini dilakukan pada PDAM cabang Kota Maumere. Penelitian ini lebih ditujukan pada data tentang alokasi dan biaya pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh PDAM Kota Maumere.

3.2         Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian matematika yang termasuk dalam kategori pengembangan metode matematika terapan, yang diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan nyata. Dengan demikian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis matematik dengan menggunakan model-model yang sesuai.

3.3         Prosedur penelitian

Adapun prosedur penelitian ini adalah mengaplikasikan model transportasi guna megoptimalkan pendapatan pada PDAM cabang Kota Maumere yakni dengan meminimalisasi biaya alokasi pendistribusian air bersih pada PDAM cabang Kota Maumere dengan menggunakan metode-metode pada model transportasi.

3.4         Variabel-variabel data

Variabel-variabel data yang digunakan dalam data penelitian ini terdiri dari :
·         Variabel keputusan
Variabel keputusan adalah variabel yang belum diketahui.
Variabelnya terdiri dari :
Banyaknya kapasitas air bersih (m3)  yang didistribusikan dari reservoir-reservoir ke daerah tujuan (Xmn).
·         Variabel fungsi tujuan
Fungsi tujuan adalah untuk meminimumkan biaya dan memaksimumkan pendapatan.
Variabelnya terdiri dari :
Pengeluaran yang akan dimaksimumkan (Z).
·         Variabel sistem kendala
Sistem kendala adalah keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Variabelnya terdiri dari :
ü  Jumlah air atau kapasitas air bersih (m3)  yang terdapat pada setiap reservoir.
ü  Jumlah daerah tujuan pendistribusian air bersih.
ü  Jumlah besarnya biaya dari setiap reservoir ke daerah tujuan.

3.5         Jenis dan sumber data

v Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka.
v Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, dalam hal ini pada kantor PDAM Kota Maumere.

3.6         Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dimana peneliti mengumpulkan data dari pihak PDAM cabang Maumere yang berkaitan dengan biaya operasional dan alokasi pendistribusian air bersih.

3.7         Teknik analisa data

Setelah data diperoleh, data akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: reservoir pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute pengiriman dari reservoir ke daerah tujuan.
b)      Menentukan solusi fisibel awal (initial feasible solution) dengan Metode North West Corner Rule.
c)      Melanjutkan pencarian solusi optimal dengan menggunakan metode Vogel’s Approximation.
d)     Melakukan perbaikan pada solusi awal dengan menggunakan metode Stepping Stone yakni menghitung indeks perbaikan dengan menggunakan jalur tertutup.
e)      Melanjutkan perhitungan dengan Metode Modified Distribution yakni dengan menghitung indeks perbaikan untuk setiap sel kosong tanpa menggunakan jalur tertutup.
f)       Mengidentifikasi Solusi Optimal. Langkah terakhir dalam penyelesaian model transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita kembali mengaplikasikan Metode Stepping Stone atau MODI.
















BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1  Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PDAM cabang kota Maumere maka diperoleh data sebagai berikut:
v PDAM kota Maumere memiliki 3 buah reservoir yakni:
1.      Wair pelip yang terletak di kecamatan Nita
2.      Kopeta yang terletak di kecamatan Kopeta Maumere
3.      Waigete yang terletak di kecamatan Waigete
v Ketiga reservoir tersebut disalurkan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di kota Maumere yang meliputi 4 daerah tujuan yakni:
1.      Kecamatan Nita
2.      Kecamatan Kopeta Maumere
3.      Kecamatan Waigete
4.      Kecamatan Kewapante
Adapun data tentang alokasi dan biaya pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh PDAM kota Maumere telah peneliti sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Data alokasi dan pendistribusian air bersih

Reservoir
Kapasitas/bulan (dalam ribuan m3)
Wair pelip
100
Kopeta Maumere
75
Waigete
80
Jumlah
255

Reservoir
Kebutuhan/bulan (dalam ribuan m3)
Nita
70
Maumere
90
Waigete
45
Kewapante
50
Jumlah
255

Dari
Biaya tiap m3 (dalam ribuan)
Nita
Maumere
Waigete
Kewapante
Wair pelip
1
4
6
7
Kopeta
3
1
2
5
Waigete
6
2
1
3


4.2  Analisis Model Transportasi

Setelah mengambil data penelitian maka selanjutnya peneliti menyelesaikan dengan menggunakan model transportasi. Adapun dalam menyelesaikan persoalan ini peneliti mengikuti urutan penyelesaian dari model transportasi yakni:
a.       Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: reservoir pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute pengiriman dari reservoir ke daerah tujuan.
b.      Menentukan solusi feasible awal (innitial feasible solution) dengan Methode North West Corner Rule.
c.       Melanjutkan pencarian solusi optimal dengan menggunaka Metode Vogel’s Aproximation.
d.      Melakukan perbaikan pada solusi awal dengan menggunakan metode Stepping Stone yakni menghitung indeks perbaikan dengan menggunakan jalur tertutup.
e.       Mengidentifikasi solusi optimal. Langkah terakhir dalam penyelesaian model transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita kembali mengaplikasikan metode Stepping Stone atau MODI. Untuk permasalahan ini peneliti menggunakan metode Stepping Stone.

4.2.1                  Penyusunan Tabel Alokasi

Data hasil penelitian disusun dalam sebuah tabel alokasi seperti yang terlihat pada tabel 3, dimana jumlah kebutuhan tiap daerah diletakkan pada baris terakhir dan kapasitas tiap reservoir diletakkan pada kolom terakhir. Sedangkan biayanya diletakkan pada segiempat kecil pada tabel.

Tabel 3. Alokasi air bersih
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Nita
Maumere
Waigete
Kewapante
Wairpelip

7
 




2
 

4
 

5
 
100
Kopeta

3
 




1
 

5
 

2
 
75
Waigete

6
 




9
 

7
 

4
 
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255


4.2.2                    Menentukan Solusi Awal (initial feasible solution)

Setelah membuat tabel alokasi selanjutnya dicari solusi awal dengan menggunakan metode North West Corner Rule (pedoman sudut barat laut) yakni sesuai dengan namanya, memulai alokasi awal dari sel pada sisi paling kiri atas dengan cara:
1.      Mengalokasikan semua kapasitas pada setiap baris sebelum pindah pada baris berikutnya;
2.      Memenuhi semua kebutuhan pada setiap kolom sebelum pindah pada kolom sebelah kanan; dan
3.      Menyeimbangkan kapasitas dan kebutuhan.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel di atas maka bila PDAM mengalokasikan dan mendistribusikan air bersih sesuai dengan yang disusun dalam solusi awal maka biaya pendistribusian yang harus dikeluarkan oleh PDAM dalam sebulan adalah:
                        Biaya   = (70 x 7) + (30 x 2) + (60 x 1) + (15 x 5) + (30 x 7) + (50 x 4)
                                    = [ 490 + 60 + 60 + 75 + 210 + 200 ] x 1000 x 1000
                                    = Rp 1.095.000.000,-
Tabel 4. Alokasi air bersih

Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Nita
Mmre
Wgete
Kwpte
Wairpelip

7
 


70

2
 



30

4
 

5
 
100
Kopeta

3
 




1
 



60

5
 



15

2
 
75
Waigete

6
 




9
 

7
 



30

4
 



50
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255


4.2.3                    Menentukan Solusi Optimum dengan Vogel’s Aproximation Methode

Selanjutnya sesuai dengan tujuan kita yakni meminimalisasi biaya tersebut agar diperoleh biaya yang optimum. Untuk masalah ini peneliti menentukan solusi optimal dengan menggunakan Vogel’s Aproximation Methode (VAM). Ada 6 langkah dalam aplikasi VAM yaitu:
1.      Menentukan selisih antara dua biaya transportasi terendah pada setiap kolom dan baris.
Pada baris Wairpelip, biaya angkut terkecil = 2; dan nomor dua dari yang terkecil = 4. Jadi, nilai baris Wairpelip = 4 – 2 = 2.
Baris Kopeta = 2 – 1 = 1.
Baris Waigete = 6 – 4 = 2.
Pada kolom Nita, biaya angkut terkecil = 3; dan nomor dua dari terkecil = 6. Jadi, kolom Nita = 6 – 3 = 3.
Kolom Maumere = 2 – 1 = 1.
Kolom Waigete = 5 – 4 = 1.
Kolom Kewapante = 4 – 2 = 2.
2.      Memilih kolom atau baris dengan selisih terbesar. Dalam kasus ini, kita memilih kolom Nita.
3.      Mengalokasikan unit semaksimal mungkin pada sel berbiaya transportasi terkecil pada kolom atau baris terpilih. Dalam kasus ini, kita mengalokasikan 70 unit pada sel Kopeta – Nita.
4.      Menghapus setiap kolom atau baris yang telah terpenuhi dengan memberikan tanda X pada setiap sel.

Tabel 5. Feasible awal dari VAM

3                   1                     1                     2
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Nita
Mmre
Wgete
Kwpte
Wairpelip

7
 


X

2
 




4
 

5
 

2
 

100
Kopeta

3
 


70

1
 





5
 





2
 

1
 

75
Waigete

6
 


X

9
 

7
 





4
 





2
 
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255

5.      Menghitung kembali selisih biaya transportasi setelah menghapus baris atau kolom pada tahap sebelumnya.
6.      Kembali mulai dari langkah 2 hingga solusi awal telah diperoleh.


Tabel 6. Feasible solution dari VAM
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Perbedaan baris
NT
MR
Wg
KW
WP
7
2
4
5
100
2
KP
3
1
5
2
75
1
WG
6
9
7
4
80
2
Kebutuhan
70
90
45
50
Pilihan XKP-NT = 70
Hilangkan kolom NT
Perbedaan kolom
3
1
1
2


Tabel 7. Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Perbedaan baris
MR
Wg
KW
WP
2
4
5
100
3
KP
1
5
2
75
2
WG
9
7
4
80
3
Kebutuhan
90
45
50
Pilihan XWG-KW = 50
Hilangkan baris WG
Perbedaan kolom
1
1
2



Tabel 8. Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Perbedaan baris
MR
Wg
KW
WP
2
4
5
100
2
KP
1
5
2
75
1
Kebutuhan
90
45
50
Pilihan XKP-KW = 0
Hilangkan kolom KW
Perbedaan kolom
1
1
3

Pilihan XKP-KW = 0 karena kebutuhan untuk KW telah terpenuhi (lihat jawaban pada tabel ...).

Tabel 9. Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Perbedaan baris
MR
Wg
WP
2
4
100
2
KP
1
5
75
4
Kebutuhan
90
45
Pilihan XKP-MR = 5
Hilangkan baris KP
Perbedaan kolom
1
1
Pilihan XKP-MR = 5, karena kapasitas untuk KP telah terpenuhi sebanyak 70 unit (lihat jawaban pada tabel ...).

Tabel 10. Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Perbedaan baris
MR
Wg
WP
2
4
100
2
Kebutuhan
90
45
Pilihan XWP-Wg = 15
            XWP-MR = 85
Perbedaan kolom
2
4

Pilihan XWP-Wg = 15, karena XWG-KW = 50 sedangkan kapasitas WG adalah 80 maka XWG-Wg = 30. Kebutuhan untuk Wg sendiri adalah 45 sehingga pilihan XWP-Wg = 45 – 30 = 15.
XWP-MR = 85, karena pilihan XKP-MR = 5 sedangkan kebutuhan MR adalah 90 sehingga XWP-MR = 90 – 5 = 85.


Maka diperoleh solusi awal sebagai berikut:
Tabel 11. Feasible awal dari VAM
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
Nita
Mmre
Wgete
Kwpte
Wairpelip

7
 




2
 



85

4
 



15

5
 

100
Kopeta

3
 


70

1
 



5

5
 





2
 

75
Waigete

6
 




9
 

7
 



30

4
 



50
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255


4.2.4                    Melakukan Perbaikan pada solusi awal dengan metode Stepping Stone

Langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan pada solusi awal yakni dengan menggunakan metode Stepping Stone, dimana digunakan perbaikan indeks dengan menggunakan jalur tertutup.
a.)    Memilih salah satu sel kosong (yang tidak mendapatkan alokasi).
b.)    Mulai dari sel ini membuat jalur tertutup melalui sel-sel yang mendapatkan alokasi menuju sel kosong terpilih kembali. Jalur tertutup ini bergerak secara vertikal dan horisontal saja.
c.)    Mulai dengan tanda (+) pada sel kosong terpilih kita menempatkan tanda (-) dan (+) secara bergantian pada setiap sudut jalur tertutup.
d.)   Menghitung indeks perbaikan dengan cara menjumlahkan biaya transpotasi pada sel bertanda (+) dan mengurangkan biaya transportasi pada sel bertanda (-).
e.)    Mengulangi tahap a.) – d.) sampai indeks perbaikan unntuk semua sel kosong telah terhitung. Jika indeks perbaikan dari sel-sel kosong lebih besar atau sama dengan nol, solusi optimal telah tercapai.

Mengikuti arah jalur tertutup, indeks perbaikan untuk sel WP-Wg adalah: (WP-Wg) – (WP-MR) + (KM-MR) – (KM-Wg) = 4 – 2 + 1 – 5 = -2


Reservoir
Tujuan
Kapasitas
NT
MR
Wg
KW
WP

7
 

70


2
 


30            (-)

4
 


        X
       (+)

5
 


X

100
KP

3
 

X


1
 


      60
      (+)

5
 


       15
       (-)

2
 


X

75
WG

6
 

X

9
 


X

7
 


30

4
 


50

80
Kebutuhan
70
90
45
50
255


v WP-KW = (WP-KW) - (WP-MR) + (KP-MR) – (KP-Wg) + (WG-Wg) – (WG-KW) (5 – 2 + 1 – 5 + 7 - 4) = 2

Reservoir
Tujuan
Kapasitas
NT
MR
Wg
KW
WP

7
 

70


2
 


30           
        (-)

4
 


        X
      

5
 


X
  (+)

100
KP

3
 

X


1
 


      60
      (+)

5
 


       15
       (-)

2
 


X

75
WG

6
 

X

9
 


X

7
 


30
       (+)

4
 


50
        (-)
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255


v WP-Wg = 4 – 2 + 1 – 5 = -2
v WP-KW = 5 – 2 + 1 – 5 + 7 – 4 = 2
v KP-NT = 3 – 7 + 2 – 1 = -3
v KP-KW = 2 – 5 + 7 – 4 = 0
v WG-NT = 6 – 7 + 2 – 1 + 5 – 7 = -2
v WG-MR = 9 – 1 + 5 – 7 = 6

Penentuan jalur maksimum yang bisa dialokasikan pada sel yang memiliki indeks perbaikan negatif dengan angka terbesar didasarkan pada sel bertanda negatif pada jalur tertutup. Untuk kasus sel KP-NT, sel-sel bertanda negatif pada jalur tertutup adalah sel WP-NT dan KP-MR. Kuantitas terkecil diantara sel-sel tersebut adalah 60 (yang dialokasikan pada sel KP-MR).


Tabel 12. Alokasi baru permasalahan PDAM
Reservoir
Tujuan
Kapasitas
NT
MR
Wg
KW
WP

7
 


10

2
 



90

4
 



X

5
 



X

100
KP

3
 


60

1
 



X

5
 



15

2
 



X

75
WG

6
 


X

9
 



X

7
 



30

4
 



50
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255

Selanjutnya, mengikuti konsep jalur tertutup, kita akan menambahkan alokasi 60 kaleng pada sel KP-NT (0 + 60 = 60), mengurangi sel WP-NT menjadi 10 (70 – 60), menambah sel WP-MR menjadi 90 (30 + 60) dan mengurangi sel KP-MR menjadi 0 (60 – 60).

4.2.5                    Mengidentifikasi Solusi Optimal

Langkah terakhir dalam model transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita kembali mengaplikasikan metode Stepping Stone atau MODI. Untuk masalah ini digunakan metode Stepping Stone. Aplikasi metode Stepping Stone menghasilkan indeks perbaikan untuk sel kosong sebagai berikut:
WP-Wg = 4 – 7 + 3 – 5 = -5
WP-KW = 5 – 7 + 3 – 5 + 7 – 4 = -1
KP-NT = 1 – 2 + 7 – 3 = 3
KP-KW = 2 – 5 + 7 – 4 = 0
WG-NT = 6 – 7 + 5 – 3 = 1
WG-MR = 9 – 2 + 7 – 3 + 5 - 7 = 9

Karena masih ada indeks perbaikan yang negatif, alokasi pada Tabel ... di atas masih belum optimal. Alokasi pada sel WP-Wg akan menurunkan total biaya distribusi sebesar Rp 5000 (5 x 1000) setiap m3 air yang dialokasikan pada sel tersebut. Selanjutnya, jika proses alokasi baru diteruskan maka kita akan mendapatkan solusi optimal seperti pada Tabel ... berikut

Reservoir
Tujuan
Kapasitas
NT
MR
Wg
KW
WP

7
 


X

2
 



55

4
 



45

5
 



X

100
KP

3
 


40

1
 



35

5
 



X

2
 



X

75
WG

6
 


30

9
 



X

7
 



X

4
 



50
80
Kebutuhan
70
90
45
50
255

Tabel ini menunjukkan bahwa skedul pendistribusian air bersih adalah sebagai berikut:
v  Dari Wairpelip ke Maumere sebanyak 55.000 m3
v  Dari Wairpelip ke Waigete sebanyak 45.000 m3
v  Dari Kopeta ke Nita sebanyak 40.000 m3
v  Dari Kopeta ke Maumere sebanyak 35.000 m3
v  Dari Waigete ke Kewapante sebanyak 50.000 m3
Total biaya transportasi dari skedul ini adalah sebesar:
(55.000 x 2000) + (45.000 x 4000) + (40.000 x 3000) + (35.000 x 1000) + (50.000 x 4000) = Rp 525.000.000

Jadi, terjadi minimalisasi biaya alokasi pendistribusian air PDAM cabang kota Maumere sebesar Rp 570.000.000 (Rp 1.095.000.000 – Rp 525.000.000).























BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Ø  Total biaya alokasi dan pendistribusian air yang dikeluarkan oleh PDAM lebih besar dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya dari hasil perhitungan metode transportasi.

5.2  Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan saran bahwa akan lebih menguntungkan bila perusahaan-perusahaan menggunakan metode transportasi untuk menghitung biaya transportasi. Agar diperoleh pola distribusi yang lebih efisien dan biaya transportasi total yang optimal dapat tercapai.














DAFTAR PUSTAKA


Dwi Wahyuni, Rizki. 2002. Evaluasi Biaya Pada Perusahaan Tenun ”Pelangi” Lawang.
Haningsih, Luna. 2007. Pengertian Model Transportasi dan Aplikasinya.
Subagyo, Pangestu. 1993. Dasar-dasar Operation Research. Yogyakarta : BPFE.
Zulfikarijah, Fien. 2003. Operation Research. Malang : Bayumedia.


1 komentar: