PENDIDIKAN MATEMATIKA
OLEH:
NAMA
|
:
|
JIBRAEL PADAMAI
|
NIM
|
:
|
1001030066
|
SEMESTER
|
:
|
IV
|
PRODI
|
: | PEND. MATEMATIKA |
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Saat ini, air bersih yang merupakan kebutuhan
utama sehari-hari masyarakat semakin sulit didapatkan terutama di kota-kota
besar karena pencemaran air tanah, pencemaran di aliran sungai karena sampah,
pencemaran dari industri dan lain-lain. Dengan kebutuhan akan air bersih yang
terus bertambah, sedangkan air bersih yang tersedia di alam semakin berkurang,
maka untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, dibutuhkan suatu badan usaha
atau organisasi yang mengelolanya guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan air
bersih.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah
satu badan usaha yang menangani kebutuhan masyarakat akan air bersih. Dalam
melayani permintaan pelanggan, PDAM harus mempertimbangkan dan mencari solusi
atau kebijakan yang paling tepat tentang bagaimana sistem pendistribusian air
dari reservoir-reservoir ke pelanggan agar air dapat tersalurkan dengan optimal
sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat terpenuhi. Jumlah reservoir
(sumber air) dari PDAM jumlahnya terbatas dan pada setiap reservoir tidak bisa
mengalirkan air ke tiap daerah tujuan.
Pada tiap pendistribusian air, dibutuhkan biaya
operasional, yang tentunya jika biaya operasional ini dapat diminimalkan, maka
keuntungannya semakin besar. Untuk itu alokasi pendistribusian air bersih harus
diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu
sumber air (reservoir) ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan dari beberapa
reservoir ke suatu tempat tujuan juga berbeda-beda.
Fakta menunjukkan bahwa pada PDAM biaya oprasional
pendistribusian air bersih masih sangat besar. Hal ini selain disebabkan oleh
keterbatasan alat produksi air bersih, terbatasnya ketersediaan air bersih yang
akan dipasok ke daerah-daerah tujuan, dan kebutuhan masyarakat akan air bersih
semakin meningkat juga karena alokasi pendistribusian air bersih belum optimal.
Model
transportasi merupakan salah satu alternatif solusi yang dapat digunakan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi PDAM. Hal ini disebabkan
karena dalam perkembangannya, model transportasi telah diterapkan pada berbagai
macam bidang industri, misalnya pada pendistribusian produk, yaitu penentuan
daerah penjualan serta pengalokasian distribusi dan gudang.
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan metode transportasi
dalam persolan nyata dalam suatu penelitian dengan mengambil judul : ”MINIMALISASI BIAYA OPERASIONAL
PENDISTRIBUSIAN AIR DI PDAM CABANG KOTA MAUMERE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI”
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan
dalam penulisan ini adalah bagaimana meminimalkan biaya operasional
pendistribusian air dari reservoir ke pelanggan atau daerah tujuan dengan
menggunakan metode transportasi pada PDAM cabang Kota Maumere?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan
di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah: untuk menentukan alokasi
pendistribusian air bersih dengan biaya minimum, dan menentukan titik asal,
transit dan tujuan pendistribusian air..
1.4
Manfaat Penulisan
1) Bagi PDAM sebagai alat analisis dan
perhitungan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat.
2) Memotivasi mahasiswa matematika untuk
mengembangkan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
terhadap situasi kehidupan nyata.
1.5
Batasan masalah
Untuk menghindari luasnya cakupan masalah maka
kajian dibatasi pada beberapa macam metode yaitu : Northwest Corner (sudut barat laut), Least Cost (biaya terkecil), Vogel
Approximation (VAM) dan Stepping Stone.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
Model Transportasi
Menurut Subagya dkk, metode
transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi
dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama (supply) ke tempat-tempat
yang membutuhkan (demand) secara optimal. Transportasi berkaitan dengan penentuan
rencana biaya terendah untuk mengirimkan satu barang dari sejumlah sumber
(misalnya, pabrik) ke sejumlah tujuan (misalnya, gudang). Kendala-kendala
adalah banyaknya barang yang tersedia di setiap supply (asal) terbatas dan
barang-barang tersebut dibutuhkan di masing-masing lokasi permintaan (tujuan).
Tujuan umum adalah meminimalkan biaya pengiriman barang dari beberapa lokasi
asal ke beberapa lokasi tujuan. Permasalahan transportasi dapat dilukiskan
dalam bentuk model permasalahan Program Linear. Salah satu metode yang
digunakan untuk menyelesaikan yaitu metode simpleks. Penelitian ini menelaah
metode tahap satu pemecahan masalah transportasi yaitu North West Corner,
Minimum Cost Value, dan Vogel’s Aproximation Method dan tahap dua yaitu
Stepping Stone yang merupakan tahap lanjutan dari tahap satu.
Model transportasi adalah aplikasi
dari model PL yang merupakan suatu prosedur iteratif untuk pemecahan masalah
minimalisasi biaya pengiriman (distribusi) dari pabrik atau sumber supplay ke tujuan (pasar). Selain untuk persoalan
distribusi, metode ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas pabrik
baru. Metode transportasi
adalah salah satu dari beberapa teknik pemecahan yang tersedia untuk
masalah-masalah transportasi (pendistribusian produk). F.L. Hitchcock (1941),
T.C. Koopmans (1949), dan G.B.Dantziq (1951) adalah orang-orang pertama sebagai
kontributor yang mengembangkan teknik-teknik transportasi.
Ciri-ciri khusus dari metode transportasi adalah:
1.
Terdapat
sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.
2.
Jumlah
yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan
adalah tertentu.
3.
Jumlah
yang dikirim atau yang diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan sesuai dengan
permintaan atau kapasitas sumber. Jumlah permintaan dan penawaran seimbang dan
apabila jumlah permintaan tidak sama dengan penawaran maka harus ditambahkan
variabel dummy.
4.
Biaya
transportasi dari suatu sumber ke suatu tujuan adalah tertentu.
5.
Jumlah
variabel dasar m + n – 1, dimana m adalah jumlah baris dan n adalah jumlah
kolom. Apabila jumlah variabel dasar kurang dari m + n – 1 yang disebut dengan
degenerasi, maka harus ditambahkan variabel dasar dengan nilai nol.
2.2
Model Matematis Metode Transportasi
Secara umum, sumber i (i = 1, 2, ..., m) mempunyai
supply si unit yang akan didistribusikan ke tujuan-tujuan
dan tujuan (j = 1, 2, ..., n) mempunyai permintaan di unit yang dikirim dari
sumber-sumber. Asumsi dasar dari metode transportasi ini adalah biaya
mendistribusikan unit-unit dari sumber i ke tujuan j berbanding langsung dengan
jumlah yang akan didistribusikan, dimana Cij menyatakan biaya per unit yang
didistribusikan.
Apabila Z merupakan biaya distribusi total dan Xij
(i = 1, 2, ..., m; j = 1, 2, ..., n) adalah jumlah unit yang harus
didistribusikan dari sumber i ke tujuan j, maka formulasi pemrograman linier
masalah transportasi adalah sebagai berikut:
a)
Apabila
kebutuhan sama dengan kapasitas:
Batasan-batasan:
Pada rumusan di atas semua kebutuhan dapat
dipenuhi, semua kapasitas sumber dialokasikan, dan nilai alokasi harus positif.
b)
Apabila
kebutuhan lebih kecil dari kapasitas:
Batasan-batasan:
Pada rumusan ini semua kebutuhan dapat dipenuhi,
tetapi kapasitas sumber tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya.
c)
Apabila
kebutuhan lebih besar dari kapasitas:
Batasan-batasan:
Pada rumusan ini tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi meskipun kapasitas
sumber telah digunakan sepenuhnya.
2.3
Langkah-langkah penyelesaian Model
Transportasi
Ada empat langkah dasar
dalam model transportasi, yaitu (Krajewski dan Ritzman, 1993, 852):
a)
Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel:
pabrik pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel
merupakan suatu rute pengiriman dari pabrik ke daerah tujuan.
b) Mencari
penyelesaian layak pada variabel dasar. Metode yang dapat digunakan adalah Northwest Corner (sudut barat laut), Least Cost (biaya terkecil) dan Vogel Approximation (VAM).
1. Metode Northwest
Corner
Ø
Pendistribusian
dimulai dari pojok kiri atas dan, diakhiri pada pojok kanan bawah.
Ø
Setiap
pendistribusian dipilih nilai sebanyak mungkin tanpa menyimpang dari sumber
atau tujuan.
Ø
Apabila
variabel dasar sudah terisi semua, maka dihitung jumlah biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Metode Least
Cost
Ø
Pendistribusian
dimulai dari biaya terkecil dan, apabila terdapat biaya terkecil lebih dari
satu, maka diplih salah satu.
Ø
Setiap
pendistribusian dipilih nilai sebanyak mungkin tanpa mengabaikan jumlah sumber
atau tujuan.
3. Metode
Vogel Approximation
Ø
Menghitung
opportunity cost yang didasarkan pada
dua biaya terkecil pada setiap baris dan kolom dan mengurangkan keduanya, hasil
perhitungannya disebut penalty cost.
Ø
Memilih
nilai penalty cost terbesar diantara
baris dan kolom.
Ø
Memilih
biaya terkecil dari nilai penalty cost
terbesar dan mendistribusikan sejumlah nilai. Baris atau kolom penalty yang sudah terpilih diabaikan
untuk langkah selanjutnya.
Ø
Menyesuaikan
jumlah permintaan dan penawaran untuk menunjukkan alokasi yang sudah dilakukan.
Menghilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah
dihabiskan.
Ø
Apabila
jumlah penawaran dan permintaan belum sesuai, maka ulangi langkah pertama
sampai terisi semua.
c) Mengidentifikasi
Solusi Optimal. Langkah
terakhir dalam penyelesaian model transportasi adalah mengevaluasi apakah
alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita
dapat mengaplikasikan Metode Stepping Stone atau MODI.
1. Metode Stepping
Stone
a. Memilih salah satu sel kosong (yang tidak
mendapatkan alokasi).
b. Mulai dari sel ini membuat jalur tertutup
melalui sel-sel yang mendapatkan alokasi menuju sel kosong terpilih kembali.
Jalur tertutup ini bergerak secara vertikal dan horisontal saja.
c. Mulai dengan tanda (+) pada sel kosong
terpilih, kita menempatkan tanda (-) dan (+) secara bergantian pada setiap
sudut jalur tertutup.
d. Menghitung indeks perbaikan dengan cara
menjumlahkan biaya transportasi pada sel bertanda (+) dan mengurangkan biaya
transportasi pada sel bertanda (-).
e. Mengulangi tahap a – d sampai indeks
perbaikan untuk semua sel kosong telah terhitung. Jika indeks perbaikan dari
sel-sel kosong lebih besar atau sama dengan nol, solusi optimal telah tercapai.
2. Metode MODI
Ø Menentukan nilai mi untuk
setiap baris dan nilai-nilai nj untuk setiap kolom dengan
menggunakan hubungan Cij = mi + nj untuk semua
variabel basis dan menentukan nilai m1 = 0.
Ø Menghitung perubahan biaya Cij untuk
setiap variabel non basis dengan menggunakan rumus Cij – mi
– nj.
Ø Apabila hasil perhitungan terdapat nilai Cij
negatif, maka solusi belum optimal. Oleh karena itu dipilih Xij
dengan nilai Cij negatif terbesar sebagai entering variabel.
Ø Mengalokasikan sejumlah nilai ke entering variabel Xij sesuai
dengan proses Stepping Stone dan
mengulangi langkah pertama.
2.4
Tabel model transportasi
Pada tabel transportasi,
sumber diletakkan pada baris, sedangkan tujuan diletakkan pada kolom. Jumlah
penawaran dari masing-masing sumber diletakkan pada kolom paling akhir dan
jumlah masing-masing permintaan diletakkan pada baris paling akhir. Segi empat
kecil yang berisi C11, C12,..., Cmn merupakan
biaya pendistribusian dari sumber ke tujuan, sedangkan segi empat besar
merupakan jumlah yang akan didistribusikan dari setiap sumber ke setiap tujuan.
Berikut adalah tabel model transportasi.
Tabel 1 Model Transportasi :
Sumber
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||
1
|
2
|
...
|
nsss
|
||||||
1
|
X11
|
X12
|
...
|
X13
|
S1
|
||||
2
|
X21
|
X22
|
...
|
X23
|
S2
|
||||
3
|
X31
|
X32
|
...
|
X32
|
S3
|
||||
kebutuhan
|
D1
|
D2
|
...
|
D4
|
2.5
Problem Dalam
Metode Transportasi :
Dalam situasi praktikal, aplikasi metode
transportasi dapat menghadapi dua kasus, yaitu ketidakseimbangan supply dan
demand dan degeneracy.
a.
Ketidakseimbangan Supply dan Demand
Secara teori kebanyakan model transportasi digunakan
untuk menyelesaikan persoalan dimana total kapasitas (supply) adalah
sama dengan (seimbang) dengan total permintaan (demand). Padahal secara
teknis mungkin yang terjadi adalah ketidakseimbangan diantara keduanya.. Dengan
kata lain, secara praktikal supply bisa lebih kecil atau lebih besar dari
demand. Masing-masing kondisi ketidakseimbangan ini dapat diselesaikan
dengan membuat dummy pabrik atau dummy toko.. Berikut ini
penjelasan bagaimana menyelesaikan kasus ketidakseimbangan ini.
Ø Supply
lebih besar dari demands
Misalkan sebuah pabrik memiliki total supply adalah 275 kaleng dan
total demand adalah 255
kaleng. Untuk menyelesaikan persoalan ini, kita harus menyeimbangkan kembali supply
dan demand dengan menetapkan dummy toko yang memiliki demand
sebesar kelebihan supply atas demand (atau 20 kaleng). Dummy
toko pada kolom table transportasi pada dasarnya adalah toko buatan (tidak
riil). Dengan demikian, biaya distribusi dari pabrik ke dummy toko ini
adalah nol. Untuk selanjutnya, kita bisa mengaplikasikan metode-metode yang
telah dibicarakan sub-bab sebelumnya untuk mendapatkan skedul distribusi yang
optimal.
Ø
Supply lebih kecil dari demand
Misalkan sebuah pabrik memiliki total demand adalah 275 kaleng dan
total supply adalah 255
kaleng. Untuk menyelesaikan persoalan ini, kita harus menyeimbangkan kembali supply
dan demand dengan menetapkan dummy pabrik yang memiliki sebesar
kelebihan demand atas supply (atau 20 kaleng). Dummy toko
pada kolom table transportasi pada dasarnya adalah toko buatan (tidak riil). Dengan
demikian, biaya distribusi dari pabrik ke dummy toko ini adalah nol.
Untuk selanjutnya, kita bisa mengaplikasikan metode-metode yang telah dibicarakan
sub-bab sebelumnya untuk mendapatkan skedul distribusi yang optimal.
b. Kasus Degeneracy
Kasus degeneracy dalam metode transportasi terjadi jika jumlah sel
yang mendapat alokasi dalam tabel
transportasi kurang dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu (m +
n – 1). Akibat langsung dari kasus degeneracy adalah dua metode untuk mengevaluasi solusi yang ada,
yaitu metode Stepping Stone dan MODI, tidak dapat diaplikasikan. Untuk
itu, prosedur tambahan dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan degeneracy ini. Prosedur yang dimaksud adalah
dengan menetapkan salah satu dari sel kosong dan menempatkan alokasi bernilai
nol pada sel tersebut sehingga persyaratan jumlah sel yang mendapat alokasi
sebanyak m + n – 1 terpenuhi. Pemilihan sel dilakukan secara sembarang
sepanjang evaluasi dengan metode Stepping Stone dan MODI dapat dilakukan.
Selanjutnya, kita mengasumsikan sel ini sebagai sel yang mendapatkan alokasi.
BAB III
METODE PENULISAN
3.1
Lokasi penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan pengambilan data
ini dilakukan pada PDAM cabang Kota Maumere. Penelitian ini lebih ditujukan
pada data tentang alokasi dan biaya pendistribusian air bersih yang dilakukan
oleh PDAM Kota Maumere.
3.2
Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian matematika yang
termasuk dalam kategori pengembangan metode matematika terapan, yang diaplikasikan
secara langsung dalam kehidupan nyata. Dengan demikian metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis matematik dengan menggunakan
model-model yang sesuai.
3.3
Prosedur penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah
mengaplikasikan model transportasi guna megoptimalkan pendapatan pada PDAM
cabang Kota Maumere yakni dengan meminimalisasi biaya alokasi pendistribusian
air bersih pada PDAM cabang Kota Maumere dengan menggunakan metode-metode pada
model transportasi.
3.4
Variabel-variabel data
Variabel-variabel
data yang digunakan dalam data penelitian ini terdiri dari :
·
Variabel
keputusan
Variabel
keputusan adalah variabel yang belum diketahui.
Variabelnya
terdiri dari :
Banyaknya
kapasitas air bersih (m3) yang didistribusikan dari reservoir-reservoir
ke daerah tujuan (Xmn).
·
Variabel
fungsi tujuan
Fungsi
tujuan adalah untuk meminimumkan biaya dan memaksimumkan pendapatan.
Variabelnya
terdiri dari :
Pengeluaran yang akan dimaksimumkan (Z).
·
Variabel
sistem kendala
Sistem
kendala adalah keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Variabelnya
terdiri dari :
ü Jumlah air atau kapasitas air bersih (m3) yang terdapat pada setiap reservoir.
ü Jumlah daerah tujuan pendistribusian air
bersih.
ü Jumlah besarnya biaya dari setiap
reservoir ke daerah tujuan.
3.5
Jenis dan sumber data
v Jenis data
Jenis data dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang
diperoleh dalam bentuk angka.
v
Sumber
data
Sumber data dalam
penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari obyek penelitian, dalam hal ini pada kantor PDAM Kota Maumere.
3.6
Teknik
pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara dimana peneliti mengumpulkan data dari pihak PDAM cabang
Maumere yang berkaitan dengan biaya operasional dan alokasi pendistribusian air
bersih.
3.7
Teknik
analisa data
Setelah data diperoleh, data akan dianalisis
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: reservoir
pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu
rute pengiriman dari reservoir ke daerah tujuan.
b)
Menentukan
solusi fisibel awal (initial feasible solution) dengan Metode
North West Corner Rule.
c) Melanjutkan pencarian solusi optimal
dengan menggunakan metode Vogel’s Approximation.
d) Melakukan perbaikan pada solusi awal
dengan menggunakan metode Stepping Stone yakni menghitung indeks perbaikan
dengan menggunakan jalur tertutup.
e)
Melanjutkan
perhitungan dengan Metode Modified Distribution yakni dengan menghitung indeks
perbaikan untuk setiap sel kosong tanpa menggunakan jalur tertutup.
f)
Mengidentifikasi Solusi Optimal. Langkah terakhir dalam penyelesaian model
transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi
optimal atau tidak. Untuk melakukan ini, kita kembali mengaplikasikan Metode
Stepping Stone atau MODI.
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1
Data Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada PDAM cabang kota Maumere maka diperoleh
data sebagai berikut:
v
PDAM
kota Maumere memiliki 3 buah reservoir yakni:
1. Wair pelip yang terletak di kecamatan Nita
2. Kopeta yang terletak di kecamatan Kopeta
Maumere
3. Waigete yang terletak di kecamatan Waigete
v
Ketiga
reservoir tersebut disalurkan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih di kota
Maumere yang meliputi 4 daerah tujuan yakni:
1. Kecamatan Nita
2. Kecamatan Kopeta Maumere
3. Kecamatan Waigete
4. Kecamatan Kewapante
Adapun data tentang alokasi dan biaya
pendistribusian air bersih yang dilakukan oleh PDAM kota Maumere telah peneliti
sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Data alokasi dan pendistribusian
air bersih
Reservoir
|
Kapasitas/bulan
(dalam ribuan m3)
|
Wair pelip
|
100
|
Kopeta Maumere
|
75
|
Waigete
|
80
|
Jumlah
|
255
|
Reservoir
|
Kebutuhan/bulan
(dalam ribuan m3)
|
Nita
|
70
|
Maumere
|
90
|
Waigete
|
45
|
Kewapante
|
50
|
Jumlah
|
255
|
Dari
|
Biaya tiap m3
(dalam ribuan)
|
|||
Nita
|
Maumere
|
Waigete
|
Kewapante
|
|
Wair pelip
|
1
|
4
|
6
|
7
|
Kopeta
|
3
|
1
|
2
|
5
|
Waigete
|
6
|
2
|
1
|
3
|
4.2
Analisis Model Transportasi
Setelah mengambil data
penelitian maka selanjutnya peneliti menyelesaikan dengan menggunakan model
transportasi. Adapun dalam menyelesaikan persoalan ini peneliti mengikuti
urutan penyelesaian dari model transportasi yakni:
a.
Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk
tabel: reservoir pada
baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute
pengiriman dari reservoir ke daerah tujuan.
b.
Menentukan solusi feasible awal (innitial
feasible solution) dengan Methode North West Corner Rule.
c. Melanjutkan pencarian solusi optimal dengan menggunaka Metode Vogel’s
Aproximation.
d. Melakukan perbaikan pada solusi awal dengan menggunakan metode Stepping
Stone yakni menghitung
indeks perbaikan dengan menggunakan jalur tertutup.
e. Mengidentifikasi solusi optimal. Langkah terakhir dalam penyelesaian model transportasi adalah mengevaluasi
apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal atau tidak. Untuk melakukan
ini, kita kembali mengaplikasikan metode Stepping Stone atau MODI. Untuk
permasalahan ini peneliti menggunakan
metode Stepping Stone.
4.2.1
Penyusunan Tabel Alokasi
Data hasil penelitian disusun
dalam sebuah tabel alokasi seperti yang terlihat pada tabel 3, dimana jumlah
kebutuhan tiap daerah diletakkan pada baris terakhir dan kapasitas tiap
reservoir diletakkan pada kolom terakhir. Sedangkan biayanya diletakkan pada
segiempat kecil pada tabel.
Tabel 3. Alokasi air bersih
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
Nita
|
Maumere
|
Waigete
|
Kewapante
|
||||||||||
Wairpelip
|
|
|
|
|
100
|
||||||||
Kopeta
|
|
|
|
|
75
|
||||||||
Waigete
|
|
|
|
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
4.2.2
Menentukan Solusi Awal (initial feasible
solution)
Setelah membuat tabel alokasi
selanjutnya dicari solusi awal dengan menggunakan metode North West Corner Rule
(pedoman sudut barat laut) yakni sesuai dengan namanya, memulai alokasi awal
dari sel pada sisi paling kiri atas dengan cara:
1. Mengalokasikan semua kapasitas pada setiap
baris sebelum pindah pada baris berikutnya;
2. Memenuhi semua kebutuhan pada setiap kolom
sebelum pindah pada kolom sebelah kanan; dan
3. Menyeimbangkan kapasitas dan kebutuhan.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
Berdasarkan tabel di atas maka bila PDAM mengalokasikan dan mendistribusikan
air bersih sesuai dengan yang disusun dalam solusi awal maka biaya
pendistribusian yang harus dikeluarkan oleh PDAM dalam sebulan adalah:
Biaya = (70 x 7) + (30 x 2) + (60 x 1) + (15 x 5) +
(30 x 7) + (50 x 4)
= [ 490 + 60
+ 60 + 75 + 210 + 200 ] x 1000 x 1000
= Rp
1.095.000.000,-
Tabel 4. Alokasi air bersih
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
Nita
|
Mmre
|
Wgete
|
Kwpte
|
||||||||||
Wairpelip
|
70
|
30
|
|
|
100
|
||||||||
Kopeta
|
|
60
|
15
|
|
75
|
||||||||
Waigete
|
|
|
30
|
50
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
4.2.3
Menentukan Solusi Optimum dengan Vogel’s
Aproximation Methode
Selanjutnya sesuai dengan
tujuan kita yakni meminimalisasi biaya tersebut agar diperoleh biaya yang
optimum. Untuk masalah ini peneliti menentukan solusi optimal dengan
menggunakan Vogel’s Aproximation Methode (VAM). Ada 6 langkah dalam aplikasi
VAM yaitu:
1. Menentukan selisih antara dua biaya
transportasi terendah pada setiap kolom dan baris.
Pada baris Wairpelip, biaya
angkut terkecil = 2; dan nomor dua dari yang terkecil = 4. Jadi, nilai baris
Wairpelip = 4 – 2 = 2.
Baris Kopeta = 2 – 1 = 1.
Baris Waigete = 6 – 4 = 2.
Pada kolom Nita, biaya angkut
terkecil = 3; dan nomor dua dari terkecil = 6. Jadi, kolom Nita = 6 – 3 = 3.
Kolom Maumere = 2 – 1 = 1.
Kolom Waigete = 5 – 4 = 1.
Kolom Kewapante = 4 – 2 = 2.
2. Memilih kolom atau baris dengan selisih
terbesar. Dalam kasus ini, kita memilih kolom Nita.
3. Mengalokasikan unit semaksimal mungkin
pada sel berbiaya transportasi terkecil pada kolom atau baris terpilih. Dalam
kasus ini, kita mengalokasikan 70 unit pada sel Kopeta – Nita.
4. Menghapus setiap kolom atau baris yang
telah terpenuhi dengan memberikan tanda X pada setiap sel.
Tabel 5. Feasible awal dari
VAM
3 1 1 2
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||||
Nita
|
Mmre
|
Wgete
|
Kwpte
|
||||||||||||
Wairpelip
|
X
|
|
|
|
100
|
||||||||||
Kopeta
|
70
|
|
|
|
75
|
||||||||||
Waigete
|
X
|
|
|
|
|
||||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
5. Menghitung kembali selisih biaya
transportasi setelah menghapus baris atau kolom pada tahap sebelumnya.
6. Kembali mulai dari langkah 2 hingga solusi
awal telah diperoleh.
Tabel 6.
Feasible solution dari VAM
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
Perbedaan
baris
|
|||
NT
|
MR
|
Wg
|
KW
|
|||
WP
|
7
|
2
|
4
|
5
|
100
|
2
|
KP
|
3
|
1
|
5
|
2
|
75
|
1
|
WG
|
6
|
9
|
7
|
4
|
80
|
2
|
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
Pilihan XKP-NT = 70
Hilangkan kolom NT
|
|
Perbedaan kolom
|
3
|
1
|
1
|
2
|
Tabel 7.
Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
Perbedaan
baris
|
||
MR
|
Wg
|
KW
|
|||
WP
|
2
|
4
|
5
|
100
|
3
|
KP
|
1
|
5
|
2
|
75
|
2
|
WG
|
9
|
7
|
4
|
80
|
3
|
Kebutuhan
|
90
|
45
|
50
|
Pilihan XWG-KW = 50
Hilangkan baris WG
|
|
Perbedaan kolom
|
1
|
1
|
2
|
Tabel 8.
Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
Perbedaan
baris
|
||
MR
|
Wg
|
KW
|
|||
WP
|
2
|
4
|
5
|
100
|
2
|
KP
|
1
|
5
|
2
|
75
|
1
|
Kebutuhan
|
90
|
45
|
50
|
Pilihan XKP-KW = 0
Hilangkan kolom KW
|
|
Perbedaan kolom
|
1
|
1
|
3
|
Pilihan XKP-KW
= 0 karena kebutuhan untuk KW telah terpenuhi (lihat jawaban pada tabel ...).
Tabel 9.
Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
Perbedaan
baris
|
|
MR
|
Wg
|
|||
WP
|
2
|
4
|
100
|
2
|
KP
|
1
|
5
|
75
|
4
|
Kebutuhan
|
90
|
45
|
Pilihan XKP-MR = 5
Hilangkan baris KP
|
|
Perbedaan kolom
|
1
|
1
|
Pilihan XKP-MR
= 5, karena kapasitas untuk KP telah terpenuhi sebanyak 70 unit (lihat jawaban
pada tabel ...).
Tabel 10.
Feasible solution dari VAM lanjutan
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
Perbedaan
baris
|
|
MR
|
Wg
|
|||
WP
|
2
|
4
|
100
|
2
|
Kebutuhan
|
90
|
45
|
Pilihan XWP-Wg = 15
XWP-MR = 85
|
|
Perbedaan kolom
|
2
|
4
|
Pilihan XWP-Wg
= 15, karena XWG-KW = 50 sedangkan kapasitas WG adalah 80 maka XWG-Wg
= 30. Kebutuhan untuk Wg sendiri adalah 45 sehingga pilihan XWP-Wg =
45 – 30 = 15.
XWP-MR
= 85, karena pilihan XKP-MR = 5 sedangkan kebutuhan MR adalah 90
sehingga XWP-MR = 90 – 5 = 85.
Maka
diperoleh solusi awal sebagai berikut:
Tabel 11.
Feasible awal dari VAM
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
Nita
|
Mmre
|
Wgete
|
Kwpte
|
||||||||||
Wairpelip
|
|
85
|
15
|
|
100
|
||||||||
Kopeta
|
70
|
5
|
|
|
75
|
||||||||
Waigete
|
|
|
30
|
50
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
4.2.4
Melakukan Perbaikan pada solusi awal
dengan metode Stepping Stone
Langkah selanjutnya adalah
melakukan perbaikan pada solusi awal yakni dengan menggunakan metode Stepping
Stone, dimana digunakan perbaikan indeks dengan menggunakan jalur tertutup.
a.) Memilih salah satu sel kosong (yang tidak
mendapatkan alokasi).
b.) Mulai dari sel ini membuat jalur tertutup
melalui sel-sel yang mendapatkan alokasi menuju sel kosong terpilih kembali.
Jalur tertutup ini bergerak secara vertikal dan horisontal saja.
c.) Mulai dengan tanda (+) pada sel kosong
terpilih kita menempatkan tanda (-) dan (+) secara bergantian pada setiap sudut
jalur tertutup.
d.) Menghitung indeks perbaikan dengan cara
menjumlahkan biaya transpotasi pada sel bertanda (+) dan mengurangkan biaya
transportasi pada sel bertanda (-).
e.) Mengulangi tahap a.) – d.) sampai indeks
perbaikan unntuk semua sel kosong telah terhitung. Jika indeks perbaikan dari
sel-sel kosong lebih besar atau sama dengan nol, solusi optimal telah tercapai.
Mengikuti arah jalur tertutup, indeks perbaikan
untuk sel WP-Wg adalah: (WP-Wg) – (WP-MR) + (KM-MR) – (KM-Wg) = 4 – 2 + 1 – 5 =
-2
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
NT
|
MR
|
Wg
|
KW
|
||||||||||
WP
|
70
|
30 (-)
|
X
(+)
|
X
|
100
|
||||||||
KP
|
X
|
60
(+)
|
15
(-)
|
X
|
75
|
||||||||
WG
|
X
|
X
|
30
|
50
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
v WP-KW = (WP-KW) - (WP-MR) + (KP-MR) –
(KP-Wg) + (WG-Wg) – (WG-KW) (5 – 2 + 1 – 5 + 7 - 4) = 2
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
NT
|
MR
|
Wg
|
KW
|
||||||||||
WP
|
70
|
30
(-)
|
X
|
X
(+)
|
100
|
||||||||
KP
|
X
|
60
(+)
|
15
(-)
|
X
|
75
|
||||||||
WG
|
X
|
X
|
30
(+)
|
50
(-)
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
v WP-Wg = 4 – 2 + 1 – 5 = -2
v WP-KW = 5 – 2 + 1 – 5 + 7 – 4 = 2
v KP-NT = 3 – 7 + 2 – 1 = -3
v KP-KW = 2 – 5 + 7 – 4 = 0
v WG-NT = 6 – 7 + 2 – 1 + 5 – 7 = -2
v WG-MR = 9 – 1 + 5 – 7 = 6
Penentuan jalur maksimum yang bisa dialokasikan
pada sel yang memiliki indeks perbaikan negatif dengan angka terbesar
didasarkan pada sel bertanda negatif pada jalur tertutup. Untuk kasus sel
KP-NT, sel-sel bertanda negatif pada jalur tertutup adalah sel WP-NT dan KP-MR.
Kuantitas terkecil diantara sel-sel tersebut adalah 60 (yang dialokasikan pada
sel KP-MR).
Tabel 12. Alokasi baru permasalahan PDAM
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
NT
|
MR
|
Wg
|
KW
|
||||||||||
WP
|
10
|
90
|
X
|
X
|
100
|
||||||||
KP
|
60
|
X
|
15
|
X
|
75
|
||||||||
WG
|
X
|
X
|
30
|
50
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
Selanjutnya, mengikuti konsep jalur tertutup, kita
akan menambahkan alokasi 60 kaleng pada sel KP-NT (0 + 60 = 60), mengurangi sel
WP-NT menjadi 10 (70 – 60), menambah sel WP-MR menjadi 90 (30 + 60) dan
mengurangi sel KP-MR menjadi 0 (60 – 60).
4.2.5
Mengidentifikasi Solusi Optimal
Langkah terakhir dalam model
transportasi adalah mengevaluasi apakah alokasi terbaru merupakan solusi optimal
atau tidak. Untuk melakukan ini, kita kembali mengaplikasikan metode Stepping
Stone atau MODI. Untuk masalah ini digunakan metode Stepping Stone. Aplikasi
metode Stepping Stone menghasilkan indeks perbaikan untuk sel kosong sebagai
berikut:
WP-Wg = 4 – 7 + 3 – 5 = -5
WP-KW = 5 – 7 + 3 – 5 + 7 – 4 = -1
KP-NT = 1 – 2 + 7 – 3 = 3
KP-KW = 2 – 5 + 7 – 4 = 0
WG-NT = 6 – 7 + 5 – 3 = 1
WG-MR = 9 – 2 + 7 – 3 + 5 - 7 = 9
Karena masih ada indeks perbaikan yang
negatif, alokasi pada Tabel ... di atas masih belum optimal. Alokasi pada sel
WP-Wg akan menurunkan total biaya distribusi sebesar Rp 5000 (5 x 1000) setiap
m3 air yang dialokasikan pada sel tersebut. Selanjutnya, jika proses
alokasi baru diteruskan maka kita akan mendapatkan solusi optimal seperti pada
Tabel ... berikut
Reservoir
|
Tujuan
|
Kapasitas
|
|||||||||||
NT
|
MR
|
Wg
|
KW
|
||||||||||
WP
|
X
|
55
|
45
|
X
|
100
|
||||||||
KP
|
40
|
35
|
X
|
X
|
75
|
||||||||
WG
|
30
|
X
|
X
|
50
|
80
|
||||||||
Kebutuhan
|
70
|
90
|
45
|
50
|
255
|
Tabel ini menunjukkan bahwa
skedul pendistribusian air bersih adalah sebagai berikut:
v Dari Wairpelip ke Maumere sebanyak 55.000
m3
v Dari Wairpelip ke Waigete sebanyak 45.000
m3
v Dari Kopeta ke Nita sebanyak 40.000 m3
v Dari Kopeta ke Maumere sebanyak 35.000 m3
v Dari Waigete ke Kewapante sebanyak 50.000
m3
Total biaya transportasi dari skedul ini adalah
sebesar:
(55.000 x 2000) + (45.000 x 4000) + (40.000 x
3000) + (35.000 x 1000) + (50.000 x 4000) = Rp 525.000.000
Jadi, terjadi minimalisasi biaya alokasi
pendistribusian air PDAM cabang kota Maumere sebesar Rp 570.000.000 (Rp
1.095.000.000 – Rp 525.000.000).
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Ø
Total
biaya alokasi dan pendistribusian air yang dikeluarkan oleh PDAM lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang sebenarnya dari hasil perhitungan metode
transportasi.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan di
atas, dapat diberikan saran bahwa akan lebih menguntungkan bila
perusahaan-perusahaan menggunakan metode transportasi untuk menghitung biaya
transportasi. Agar diperoleh pola distribusi yang lebih efisien dan biaya
transportasi total yang optimal dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi
Wahyuni, Rizki. 2002. Evaluasi Biaya Pada
Perusahaan Tenun ”Pelangi” Lawang.
Haningsih,
Luna. 2007. Pengertian Model Transportasi
dan Aplikasinya.
Subagyo,
Pangestu. 1993. Dasar-dasar Operation
Research. Yogyakarta : BPFE.
Zulfikarijah,
Fien. 2003. Operation Research. Malang
: Bayumedia.
FOLLOW MY BLOGG BROOO
BalasHapus